Minggu, 16 Oktober 2011

SEJARAH SINGKAT KEPANDUAN HIZBUL WATHAN


MENJELANG KELAHIRAN
Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 mei 1908 menjadi tonggak sejarah kebangkitan indonesia. Pada tahun 1912 tokoh NPO (Nederland Padvinders Organitation) mendirikan cabangnya di indonesia dan diresmikan pada tahun 1914 dengan nama Nederland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV
Pada tahun 1916 SP Mangkunegara VII di surakarta mendirikan kepanduan dengan nama JPO (Java Padvinders Organitation) disusul dengan lahirnya “taruna kembang” untuk daerah kasunanan oleh pangeran Suryobrata.
Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik , amanat, tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang sedang latihan baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan Surakarta beliau menghendaki putera Muhammadiyah didik seprti itu, untuk mengabdi/menghamba kepada Allah.
Beberapa waktu kemudian, Bapak Mulyadi Djojomartono mengumpulkan para pemuda Muhammadiyah dan dilatih pertama kali dihalaman Masjid Agung Solo dengan seragam seadannya. Pada perkembangan selanjutnya, pemuda Donowardoyo ikut bergabung (1924).
Sesampai di Jogja, beliau menunjuk bebrapa guru antara lain: mantri guru SD Muhammadiyah Suronatan (Standart School) Bapak Somodirjo, Bapak Siradj Dahlan dan Bapak Syarbini guru SD Muhammadiyah bausasran, untuk mengreahkan pemuda Muhammadiyah. Dengan resmi lahirlah PADVINDERS MUHAMMADIYAH, baik yang ada di solo maupun Yogyakarta. Pembinanya diserahkan kepada pemuda Muhammadiyah bagian sekolah.
Lathan bermula bagi guru-guru, setiap ahad sore di standart school, Suronatan Yogyakarta. selanjutnya dibentuk anak-anak dan dewsa dengan seraga kemeja drile khekhi, celana biru tua, kacu merah tua berbentuk hitam (deler kecer) atas usaha bapak H. Nawawi
PEMBERIAN NAMA
Dalam pertemuan di rumah Bapak H. Hilal di Kauman Yogyakarta, atas prakarsa bapak H. Hadjid diusulkan mengganti nama Padvinders Muhammadiyah menjadi HIZBUL WATHAN, yang bermakna cita tanah (Pembela Tanah Air), Sesuai dengan jiwa perjuangan melawan penjajah belanda pada saat itu. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1920.
SOSIALISASI
Pasukan HW dengan gendarngnya, ikut mengantarkan Sulthan Hamengju Buono VII boyongan ke istana Ambarukmo pada tanggal 30 Januari 1921
HW ikut menyemarakan penobatan Sulthan Hamengku Buwono VIII dengan berdemonstrasi keterampialn kepandua di hadapan panggung kasultanan di alun-alun utara Yogyakarta
Pada tanggal 13 Maret 1921 HW mengantar Bapak Fachrudin berangkat haji samapai Stasion Tugu Yogyakarta
MASA PERGERAKAN NASIONAL
Pada tanggal 3 April 1926 G.J. Ranneft, komisaris besar NIPV menyelenggarakan dan memimpin konperensi kepaduan di rumah H dahlan (dari Hizbul Wathan) Yogyakarta, dengan mengundang Kepaduan Nasional Indonesia. Dalam konperensi tersebut disampaikan konsep NIPV untuk mempersatukan organisasi kepanduan yang ada di indonesia.
Berdasar alasan prinsip Kepanduan Nasinal Indonesia, kosep tersebut tidak dapat diterima dan HW tidak bersidia bergabung dengan NIPV yang berorientasi pada kepentingan kolonial Belanda.
Karena menolak, Belanda melarang menggunakan istilah Padvinder atau Padvinderij karena larangan tersebut, Bapak H. Agus Salim dalam konggres SIAP tahun 1928 di Bayumas, mengunakan istilah Pandu dan kepanduan, sebagai pengganti istilah Padvinder dan Padvinderij
MASA PENJAJAHAN JEPANG
Pada awalnya HW masih dapat aktif, ikut pawai ulang tahun Tenno Heika (HW dipimpin Bapak Haiban Hadjid, putera Bapak H. Hadjid). Penjajah Jepang melarang semua partai, organisasi pemuda, termasuk pandu. Sebagai gantinya Pemuda Indonesia dimasukan dalam Gerakan Seinendan, Keibondan, PETA.
MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN 1945
Masa Peleburan Pertama
Pada Akhir September 1945, di balai Mataram Yogyakarta diadakan rembuk pandu-pandu yang menghasilkan keinginan membangkitkan kembali pandu. Dari HW diwakili Bapak Mawardi Haiban Hadjid.
Tanggal 27-29 Desember 1945 Kesatuan kepanduan Indonesia dalam konggersnya di Solo sepakat bergabung dengan nama “Pandu Rakyat Indonesia”
Pengurus Kwarti besarnya: Dr. Mawardi dari kepanduan KBI, Hertog Dari pandu KBI, Abdulghonie dari Hizbul Wathan, Djoemadi dari Hizbul Wathan dan lain-lain.
pada bulan desember1948 saat terjadinya clash II/PK II kegiatan kepanduan terhenti. Di daerah yang diduduki belanda Pandu Rakyat Indonesia dilarang mengadakan kegiatan, namun di daerah pendudukan yang tidak diduduki Belanda masih bertahan.
MASA KEBANGKITAN KEMBALI
Pada tanggal 20-22 Januari 1950, konggres pandu Rakyat ke-2 di Yogyakarta mengeluarkan beberapa keputusan diantaranya yaitu:
a.    Menerima kosep baru, memberikan kesempatan golongan untuk menghidupkan kembali golongan kepanduannya
b.    Melangkah menuju pengakuan internasional
c.    Menetapkan susunan pengurus besar Kwartir besar putra dan kwartir besar putri.
Sebelum Bapak Jendral Sudirman wafat, beliau berpesan kepada Muhammadiyah, sesuai dengan keputusan konggres Pandu Rakyat, supaya Pandu HW dibangkitkan kembali.
a.    Pada tanggal 29 Januari 1950, diadakan apel kebangkitan di halaman masjid besar/ Masjid Agung Yogyakarta yang dipimpin oleh bapak Haiban Hadjid.
b.    Dengan bangkitnya kembali Hizbul Wathan, bangkit pula Pandu Hizbul Islam, Pandu Al-Wathani, Pandu SIAP, Pandu Islam, Pandu Ansor, Pandu A-Irsyad, agama lain. Barulah pandu-pandu umum/ yang tidak mengkhususkan agama ikut memisahkan diri dari Pandu Rakyat.
c.    Dalam perkembangan pada tahun 1960 Pandu HW mengadakan suatu kursus Pemimpin d i Kaliurang Yogyakarta dengan nama Jaya Melati I (semacam kursus kepanduan/unit leaders course/woodbadge course/kursus mahir dasar).
MASA PELEBURAN KEDUA
Dengan munculnya Keppres no. 238 tahun 1961 tentang lahirnya Gerakan Kepanduan Pramuka, semua organisasi kepanduan harus meleburkan diri kedalam Gerakan Kepanduan Pramuka termasuk HW
Dasar-dasar peleburan:
a.    Pidato PJM Presiden kepada para Pemimpin Pandu tanggal 9 maret 1961 di Istana Merdeka
b.    Surat dari PERKINDO NO. 071/DK/III/61. tentang tindak lanjut amanat PJB Presiden tanggal 9 Maret 1961.
c.    Maklumat keputusan PP Muhammadiyah Majlis HW No. 302/IV-A/61  hal perintah peleburan organisasi kepanduan
d.   Pengunguman PP Muhammadiyah Majlis HW no.10/HM/61 tanggal 1 April 1961 hal aktifitas HW
e.    Keputusan Presiden RI no.121 tahun 1961 tanggal 11 April tentang Pantia Pembentukan Gerakan  Pramuka
f.     Surat dari penguasa perang tertinggi no. 0605/Peperti/1961 tanggal 11 April1961 hal aktifitas kepanduan
g.    Kepres RI no. 238 tahun 1961 tertangal 20 mei 1961 tentang Gerakan Pramuka
h.    Surat dari Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka no. 8/PPGP tanggal 27 Mei 1961 hal pernyataan bersedia meleburkan diri.
i.      Surat dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961 berisi pernyataan bersedia meleburkan diri.
MASA KEBANGKITAN KEDUA
Sejak dilebur menjadi gerakan pramuka beberapa anggota HW tidak bersedia ikut meleburkan diri mereka membentuk suatu kegiatan pemuda yang senapas dengan jiwa mereka seperti pencinta alam, drumband atau lebih mempokouskan sebagai kader persayrikatan dalam pemuda muhammadiyah dan lain-lain
Begitu pula dengan pandu nasiatul aisyyah lebih banyak membina diri dalam pengajian membentuk pendidikan non formal bagi anak-anak, serta kegiatan sosial lainnya. Dalam muktamar muhammadiyah tahun 1980 di surabaya bermunculan para mantan pandu HW dengan seragamnya sebagai visualisasi adanya kegiatan muhammadiya  dari masa kemasa
Pada muktamar selanjutnya baik disolo, yogyakarta maupun aceh pandu HW Wreda takmau ketinggalan. Pada tahun 1994 mantan pandu HW dan pandu NA mengadakan silaturrahim serta ta’ziah kepada istri bpk Sumitro di komplek Prumahan Dosen UGM. Pada tahun 1996 diadakan reuni nasional I di yogyakarta yang didahului reuni se DIY, Reuni Malang. dalam reuni nsional munculan ide untuk membangkitkan kembali kepanduan hizbul wathan
Sejak saat itu diadakan pertemuan rutin baik sepekan sekali maupun sebulan sekali untuk mempersiapkan konsep kepandua yang islami. Dari hasil pertemuan tersebut, pimpinan HW Wreda menghadap PP Muhammadiyah untuk membangkitkan kembali pada tanggal 18 november 1998 dan disetujui oleh PP Muhammadiyah. Keputusan tanwir muhammadiyah di semarang 1998 memutuskan kebangkitan kembali pandu HW dan IRM kembali Menjadi IPM.
Berhubungan pd bulan mei 1998ada peristiwa repormasi yang dampaknya terjadi huru hara, kerusuhan dan kondisi keamanan tidak memungkinkan maka kebangkitn HW tertunda pada tanhun berikutnya, 18 November 1999 M/ 10 sya’ban 1420 H. bertepatan dengan 87 tahun kelahiran Muhammadiyah menurut kalender miladiyah. Dengan surat keputusan pimpinan Pusat Muhammadiyah no 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 Kepanduan hizbul Wathan resmi dibangkitkan. Dalam perjalanannya SK tersebut disempurnakan dengan surat keputusan PP Muhammadiyah no 10/KEP/1.0/B/2003 sebagai pelaksanaan SK PP No 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 lahirlah surat edaran PP Muhammadiyah no VI/B/I.A/58/2000 tanggal 23 Djulqo’dah 1420 H/ 28 Pebruari 2000 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar